Suararealitas.com, Tanjung Morawa, 1 April 2021 - Produsen cetakan sarung tangan kesehatan berbasis porselen, PT Mark Dynamics Indonesia Tbk mendapatkan laba sebesar Rp 144,19 miliar yang meningkat sebesar 63,85 % jika dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar Rp 88,00 miliar.
“Gaya hidup baru akan pentingnya kesehatan mendongkrak penjualan sarung tangan, sehingga cetakan sarung tangan menjadi peranan penting dalam produksi sarung tangan.”, sebut Presiden Direktur MARK, Ridwan Goh.
Peningkatan laba bersih ini dicapai karena keberhasilan perseroan dalam penetrasi pasar baru serta strategi produksi untuk mencapai efisiensi dan peningkatan kualitas produk. Pada tahun 2020 ini MARK mencetak penjualan tertinggi sepanjang masa dengan membukukan Rp 565.44 miliar, naik 56,39% dari tahun 2019 sebesar Rp 361,54 miliar. Hal ini terlihat dari keberhasilan Perseroan menjaga margin laba kotor sebesar 42% dengan nilai sebesar Rp 236.79 miliar.
Volume produksi Perseroan meningkat sebesar 22% menjadi 8,8 juta pieces di tahun 2020 dibandingkan dengan 7,2 pieces di tahun 2019. Kenaikan permintaan cetakan sarung tangan ini otomatis akan mendorong kinerja Perseroan lebih positif MARK sendiri adalah penguasa pasar global untuk cetakan sarung tangan. Per tahun 2020, MARK telah mencakup market shares sebesar 35% dengan kapasitas produksi sebanyak 800rb pieces/bulan. Pelanggan setia MARK sampai saat ini adalah beberapa pemain utama produsen sarung tangan di pasar internasional, yakni Hartalega, Top Gloves, Kossan, dan Sri Tang. Berkat pandemi, MARK berhasil melebarkan sayapnya sampai Tiongkok, mendapatkan kepercayaan dari pemain-pemain besar seperti Intco, Zhong Hong Pu Lin, dan BlueSail.
Malaysian Rubber Glove Manufacturers Association (MARGMA) meyakini permintaan sarung tangan di tingkat global tumbuh mencapai 50% di tahun 2020 dibanding prediksi sebelumnya. Sebelumnya diprediksikan bahwa permintaan sarung tangan secara global di tahun 2020 sekitar 300 milyar pieces, akan tetapi permintaan di masa covid-19 menjadi sekitar 420 milyar pieces. Hal ini dikarenakan pandemi covid-19 serta meningkatnya kesadaran yang lebih tinggi pemakaian sarung tangan serta diterapkannya protokol kesehatan yang lebih ketat dibandingkan sebelumnya. Malaysia tetap memegang pangsa pasar global terbesar yaitu dengan pangsa 67%. Negara Malaysia telah menjadi tujuan ekspor terbesar buat perseroan menyusul Thailand, China dan Vietnam. Peningkatan permintaan sarung tangan global ini, akan secara langsung mendorong peluang pertumbuhan MARK di tahun- tahun berikutnya.
Selama 2020, MARK menjadi tujuan utama produsen sarung tangan dunia, hal ini menjadi pendorong bagi meningkatnya average selling price (ASP) sekitar 15 %. Sebagai informasi, permintaan cetakan sarung tangan global di tahun ini melonjak lebih dari 100% dimana supply seluruh dunia hanya naik lebih kurang 30% dan MARK terus berusaha memenuhi supply side. MARK bahkan telah mengantongi kontrak penjualan sebesar sekitar US$ 70 juta untuk pengapalan pada 2021. Produk perseroan laku keras seiring dengan permintaan sarung tangan secara global. Pada kontrak mendatang selain Malaysia, produsen sarung tangan juga berasal dari beberapa negara seperti China, Thailand, Vietnam, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat,” ujar Ridwan.
Penjualan MARK selama ini berorientasi pada pasar ekspor dengan komposisi sekitar 77% dan pasar domestik sekitar 33%. Porsi penjualan lokal meningkat menjadi 33%, dikarenakan hasil konsolidasi dengan perusahaan anak yang baru di akuisisi di bulan Juli 2020. Penjualan ekspor dari MARK sendiri terus stabil dengan komposisi ekspor 95% dan domestik sebesar 5% mengingat negara yang menjadi tujuan ekspor utama MARK adalah Malaysia yang merupakan produsen sarung tangan yang memiliki 65% pangsa pasar sarung tangan di dunia.
Total Aset Meningkat 63,11 %
Pertumbuhan kinerja operasional yang dicapai Perseroan pada tahun 2020 berjalan seiring dengan peningkatan kinerja keuangan dimana Total Aset Perseroan meningkat sebesar 63,11% menjadi Rp 719,72 miliar per 31 Desember 2020 dibandingkan dengan Rp 441,25 miliar Per 31 Desember 2019. Aset Lancar mengalami peningkatan sebesar 61,96% dengan nilai sebesar Rp 356,87 miliar per 31 Desember 2020 dibandingkan dengan Rp 220,34 miliar per 31 Desember 2019. Sementara peningkatan Aset Tidak Lancar sebesar 64,24% dengan nilai Rp 362,84 miliar per 31 Desember 2020 jika dibandingkan dengan Rp 220,91 miliar per 31 Desember 2019.
Peningkatan juga terjadi pada posisi Ekuitas Perseroan sebesar Rp 409.47 miliar per 31 Desember 2020 dibandingkan dengan Rp 299,02 miliar per 31 Desember 2019. Peningkatan Ekuitas terjadi menyusul tercapainya peningkatan Saldo Laba Ditahan sebesar Rp 315,5 miliar per 31 Desember 2020 dibandingkan dengan posisi Rp 200,39 miliar per 31 Desember 2019.“Pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan akan tetap dijaga Perseroan”,ungkap Ridwan.
Pewarta : Fanal Sagala/Red
Posting Komentar