Mengenal Sosok Sri Raja Bhujangga Praktisioner Keturunan Airlangga yang Bersifat Waisnawa

 

Mengenal Sosok Sri Raja Bhujangga Praktisioner Keturunan Airlangga yang Bersifat Waisnawa
Gambar Wayang Krisna sebagai contoh simbol Bhujangga

Karangasem - Kutipan dari Lontar Babad Arya Kepakisan, walyowuwusan I Gusti Nengah Karang, ri huwus hana swa wangsa, irika kapwa sira SUMALUK KABHUJANGGAN, diksa sangaskara, masila yukti, mene teka ring atuwa nira manggeh maka sajna SRI RAJA BHUJANGGA ANGLURAH NENGAH KARANGASEM, sira ta sumbunging para kula wangsa nira, DEWATA RING KUSAMBHI, mangkana pidarthanya taham pwa gati SRI RAJA BHAGAWAN.

Terjemahan, kembali diceritakan halnya I Gusti Nengah Karang, setelah mempunyai anak, maka ketika itu ia menjalani hidup kependetaan melalui upacara diksa, dengan memegang teguh perilaku mulia, sehingga pada hari tuanya bergelar SRI RAJA BHUJANGGA ANGLURAH NENGAH KARANGASEM, ia sangat dijunjung oleh keturunannya dengan gelar DEWATA RING KUSAMBHI. Demikian kisahnya, termasuk perilaku SRI RAJA BHAGAWAN.

Perlu diketahui, Raja Anglurah Nengah Karangasem menjadi Raja di Karangasem pada abad ke-17 sekitar pada tahun 1600-an. Setelah memiliki keturunan, beliau menjalani hidup kependetaan melalui diksa (inisiasi). Di hari tuanya, beliau bergelar SRI RAJA BHUJANGGA ANGLURAH KARANGASEM, beliau wafat di Kusambhi, sehingga keturunannya menjunjung tinggi dengan gelar DEWATA RING KUSAMBHI, kini Kusambhi telah menjadi Pura Kusambhi yang letaknya dekat Desa Padangkerta, dan Budakeling, Karangasem.

"Menilik dari lontar Babad Arya Kepakisan ini yang menyatakan bahwa beliau itu "SUMALUK KABHUJANGGAN" kemudian bergelar SRI RAJA BHUJANGGA, maka kita harus telusuri istilah Bhujangga itu adalah gelar kependetaan waisnawa yang dalam praktiknya melakukan pemujaan kepada Dewa Wisnu sebagai Dewa pemelihara dari Tri Murti: Brahma,Wisnu, dan Siwa. Apa saja yang beliau lakukan dalam menjalani hidup sebagai Sri Raja Bhujangga ? sudah tentu melakoni disiplin Bhakti Yoga yaitu, suatu proses mempersatukan Atman (roh) dengan Brahman atau Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan yang Maha Esa) dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan dan segala ciptaannya," ucap Anak Agung Made Jelantik Karang (Gung Ade Karang) saat dimintai keterangan oleh wartawan Suararealitas, Rabu, (4/5/2022) malam.

Dalam hal ini, kata Gung Ade Karang, Sang Raja melihat semua makhluk ada Tuhan yang bersemayam di dalam tubuh-tubuh makhluk tersebut, dan kesehariannya beliau merapalkan mantra memanggil nama Tuhan untuk membentuk kebiasaan yang kuat tentang pengingat Tuhan, sehingga hal tersebut mengingatkannya pada saat kematian tiba. Karena keadaan hidup manapun yang diingat oleh seseorang pada saat meninggalkan badannya, maka keadaan itulah yang akan dicapainya.

"Beliau menyadari bahwa, roh sifatnya kekal, dan penuh kebahagiaan, karena adanya hubungan dengan alam, maka roh itu mengalami penderitaan, dan kelahiran atau reinkarnasi berulang-ulang. Seluruh alam semesta ini dipenuhi dengan jiwa atau roh-roh berkepribadian. Setiap atom atau ruang terdapat roh atau jiwa. Selain itu, beliau mengerti tentang kebahagiaan roh akan terwujud saat mencapai pembebasan atau Moksa, dan cara untuk mencapai pembebasan adalah dengan jalan Bhakti menurut Waisnawa, seperti itulah pengetahuan, dan praktik spiritual Sri Raja Bhujangga," kata Gung Ade Karang.

Lanjut, Gung Ade Karang katakan, rupanya Sri Raja Bhujangga Anglurah Nengah Karangasem ini mengikuti jalan leluhur beliau yang pernah semasa hidupnya menjadi Raja Kediri di Jawa Timur yaitu, Sri Airlangga yang telah disimbolkan sebagai titisan Dewa Wisnu mengendarai burung Garuda atau Garuda Wisnu Kencana.



Penulis: Ukie Noverdianto

Editor: Reza Mahendra

4 Komentar

  1. Anonim5/04/2022

    Keren! dpt masukkan mengenal sejarah yg tsb diatas, teruskan karya
    tulismu mengenai sejarah apa aja yg bermanfaat buat kita semuanya.

    BalasHapus
  2. Anonim5/05/2022

    ,🙏🙏 menambah wawasan sejarah,,

    BalasHapus
  3. Wayan Sepon5/05/2022

    good info sejarah trims post.

    BalasHapus
  4. Anonim5/05/2022

    Memberikan wawasan sejarah untuk generasi penerus

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama