Denpasar - Tiga tokoh masyarakat Bali yang eksis dalam pergerakan melawan intoleran radikalisme dan separatisme di wilayah Bali melakukan pertemuan di Jalan Tukad Citarum P1 No.2, Denpasar Selatan, Provinsi Bali, Rabu (25/01/2023).
Pertemuan itu turut dihadiri Ketua PGN Bali, Haji Daniar Trisasongko SH. M.hum, Pemimpin Perguruan Sandi Murti, Gusti Ngurah Artha, dan Senopati PGN Indonesia Wilayah Timur, Gus Yadi.
Adapun agenda tersebut membahas tentang bagaimana untuk kedepannya Bali yang nyaman dan tentram guna mengantisipasi terjadinya rongrongan dari kelompok intoleran. Pasalnya banyak isu-isu yang berkembang di lapangan saling klaim untuk mencari popularitas, sedangkan nol di lapangan.
Tokoh Perguruan Sandi Murti, Gusti Ngurah Artha menjelaskan bahwa peristiwa kejadian kelompok Wahabi yang menduduki salah satu tempat ibadah masjid di wilayah kota Denpasar untuk mengembangkan pengaruhnya ke lingkungan masyarakat sesama muslim, begitu juga peristiwa penceramah kondang Ustadz Abdul Somad, FPI, dan HTI berhasil digagalkan masuk ke wilayah Bali.
"Disamping itu, ada pihak-pihak yang mengaku atau mengklaim seakan menjadi pahlawan kesiangan atas kejadian tersebut akhirnya meminta maaf. Menurutnya itu hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang punya kepentingan tegas tokoh yang membidangi ilmu kebatinan lembu sekilan tersebut," jelas Gusti Ngurah Artha, yang diterima rilis suararealitas, Kamis (26/1).
Disisi lain, tokoh fenomenal pemimpin lapangan Patriot Garuda Nusantara (PGN) Senopati Wilayah Indonesia Timur, Pariyadi kerap disapa Gus Yadi menyampaikan, di kediaman Gusti Ngurah Arta inilah cikal bakal PGN di bentuk, ini rumah kebangsaan pertama Patriot Garuda Nusantara bisa tumbuh seperti sekarang ini.
"Perjuangan PGN dan perguruan Shandi Murti selalu bersama untuk melawan segala bentuk intoleran, radikalisme, dan sparatis di wilayah Bali. Kami PGN dan Perguruan Shandi Murti tidak akan membiarkan kelompok-kelompok yang menyebarkan pengaruhnya berpotensi memecah belah bangsa dari keutuhan NKRI khususnya wilayah Bali," tegas Gus Yadi dilokasi.
Disinggung soal aksi-aksi AMP Bali yang berjilid-jilid menyuarakan 'Papua Merdeka' di sekitaran bundaran Renon yang sering terjadi bentrokan, Gus Yadi pun memaparkan, sudah menjadi tugas PGN untuk melawan meski mereka para pelaku aksi selalu di kawal oleh aparat dan saya tau izin untuk melakukan aksi tidak prosedural, atau tidak sesuai dengan aturan tata cara perizinan untuk demo, seharusnya demo-demo anti NKRI dilarang di negara ini.
"Kepada seluruh elemen masyarakat untuk selalu waspada terhadap pengaruh kelompok-kelompok garis keras yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika," harap Alumnus Lemhanas RI.
Perlu diketahui, sosok Gus Yadi yang jiwa kebangsaannya dilekatkan dalam memimpin organisasi Patriot Garuda Nusantara (PGN) besutan KH.Nuril Arifin Husein, MBA atau yang disapa Gus Nuril ini adalah Ormas Penggempur oknum-oknum mahasiswa Papua yang bikin ulah keamanan dan kenyaman khususnya di wilayah Bali.
Kendati demikian, H.Daniar Trisasongko, SH, MHum sedikit memberikan ulasan seputar peran penegakan hukum di tubuh PGN Bali, paska bentrok menjelang puncak KTT G20 antara APM Bali dengan kelompok masyarakat yang mengakibatkan korban luka-luka di alami oleh Kelian Adat Desa Renon, hingga mengundang perhatian segenap pejabat Pemda setempat dan aparat.
"Atas dasar peristiwa itu, PGN Bali dan Perguruan Shandi Murti akan selalu bersama berjuang demi ketentraman, kenyamanan Bali untuk kedepannya bersama seluruh elemen masyarakat menciptakan Bali bersih dari pengaruh negatif khususya Intoleran yang mendiskreditkan suatu golongan tertentu," sebut Ketua PGN Bali, H.Daniar.
H.Daniar pun berharap, mayoritas dan minoritas adalah keberagaman yang indah dan harus selalu di jaga, serta di lestarikan di wilayah NKRI.*(Sapta/SR)
Editor: Za
Posting Komentar