JAKARTA - Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia meroket cepat, baik dari sisi perilaku dan gaya hidup bebas hingga wilayah penyebaran maupun pola penyebaran. Dari sisi wilayah, virus HIV/AIDS telah menyebar membuat kasus ini melaju kencang hampir ke seluruh wilayah di Indonesia.
Pasalnya, peningkatan kasus terutama terjadi pada kelompok populasi beresiko tinggi tetapi penyebaran tersebut sudah menjalar pada populasi non resiko tinggi.
Sementara dari data yang dihimpun, karakteristik orang yang terinfeksi HIV-AIDS pun telah menyebar di seluruh kelompok umur. Selama ini penyebaran virus tersebut hanya menginfeksi pada orang-orang yang termasuk dalam kelompok umur di atas 30 tahun, namun saat ini sudah ada bayi-bayi yang juga ikut terinfeksi.
Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi ialah mayoritas dari orang-orang yang hidup dengan HIV-AIDS (ODHA) di usia produktif antara 15-24 tahun.
Guna menyikapi hal tersebut, Yayasan Pesona Jakarta melalui Program CSS HR melakukan kegiatan "Quarterly Discussion District Task Force", ditingkat distrik yang dilakukan oleh perwakilan masyarakat dan CSO yang telah terbentuk didalam kelompok kerja (POKJA).
Adapun kegiatan tersebut untuk memverifikasi issue yang teridentifikasi selama program berjalan, sehingga diharapkan akan menghasilkan rekomendasi atau umpan balik atas issue yang muncul, dan yang digelar di El Royale Hotel, Jl. Raya Gading Kirana No.Kav.1, RT.18/8, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dede Ajit, Paralegal Yayasan Pesona Jakarta menyampaikan terkait dengan kendala task force yang masih minim dalam mendukung kerja - kerja team CSS HR.
"Oleh karena itu pertemuan ini bertujuan untuk lebih meningkatkan task force dalam mendukung kerja - kerja program HIV yang sedang di emban yayasan pesona Jakarta," ujar Ajit di Jakarta, Senin (16/05/2023) pagi.
Selain itu, paralegal juga meminta kendala - kendala terkait dengan tidak berjalan RTL di pertemuan sebelum nya. Dengan kita mengetahui kendala yang kita hadapi lebih mudah untuk ke depannya.
"Dengan diadakannya pertemuan ini lebih meningkatkan lagi terkait kordinasi antara task force dan juga team CSS HR wilayah jakarta Utara, guna dapat mendukung program pemerintah yaitu di 2030 tidak ada lagi penularan HIV," harap Ajit.
Disisi lain, Yuli Risciani selaku CBMFO YPJ menjelaskan bahwa keberhasilannya CBMF Officer itu berkat kerjasama dengan teman-teman Komunitas, LSM/NGO, Pokja terkait dan layanan.
"Keberhasilannya itu diantaranya terjadinya koordinasi yang aktif dengan pendamping, menjembatani antara komunitas dan layanan, membantu LSM/NGO dalam berkoordinasi dengan Pokja terkait, terjalinnya komunikasi dengan Sudinkes dan KPAK atas pemberian informasi secara valid, beberapa layanan kesehatan swasta maupun pemerintah merespon cepat atas koordinasi yang dibangun oleh CBMF, tergalinya issue-issue yang ada di komunitas, dan melakukan verifikasi ke pihak layanan kesehatan tentang kebenaran informasi pelicin yang diberhentikan distribusinya," ungkap Yuli.
Sementara itu, kegiatan diskusi task force ini turut dihadiri 15 orang perwakilan dari komunitas, CSO, media, paralegal, pokja terkait, CBMFO, dan advocacy officer. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 09.00-17.00 WIB.
Kendati demikian, Melandi Panca Wardhana selaku Program Manager hanya mengingatkan atau mereview kepada para peserta diskusi hasil dari pertemuan-pertemuan yang sebelumnya sudah di buat serta apakah ada hambatan ataupun tantangannya dalam menyikapi permasalahan dalam menanggulangi dan pencegahan HIV-AIDS hingga HAM.
Kemudian, kegiatan dilanjut dengan sesi monitoring hasil rencana tindak lanjut pokja, identifikasi input dan issue yang berkembang sebagai bahan evaluasi selama 3 bulan di distrik, diskusi penyusunan strategi advokasi pokja, pemaparan masing-masing kelompok, membuat RTL hingga Vito menyimpulkan hasil pertemuan diskusi dan penutup. Kegiatan ini berlangsung dengan lancar hingga kondusif.*(Za)
Posting Komentar