Haedar, salah seorang pengguna jasa angkutan laut di Pelabuhan Bungku. (Foto: Ist) |
Morowali | Belakangan ini beredar informasi terkait upaya segelintir orang agar jasa pelayanan di Pelabuhan Bungku dikembalikan ke Morowali Utara, Sulawesi Tengah.
Informasi ini sangat menganggu di kalangan para pengguna
jasa khususnya di Pelabuhan Bungku.
Dua pengguna jasa angkutan laut ini mengaku sudah nyaman
dengan pelayanan di Pelabuhan Bungku Morowali. Namun rasa nyaman yang telah
dinikmati mulai terusik.
"Yang jelas kami menolak dan akan melakukan aksi protes
bila urusan administrasi pelayanan jasa angkutan laut harus jauh-jauh pergi ke
Morowali Utara," kata Haedar.
Pria asal Desa Matarape, Kecamatan Bungku Pesisir sangat
keberatan. Ia beralasan jarak tempuh ke Morowali Utara kurang lebih 250 km.
Sementara bila pelayanan di Bungku, ia hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1
jam.
"Coba kembali ke Morowali Utara. Berapa lama jarak
tempuh untuk sampai di sana. Kan tidak praktis dan pasti lebih banyak habiskan
waktu di perjalanan. Selain itu juga administrasi kantor pada jam 22,00 Wita
sudah tutup," keluhnya.
Sedangkan di sini, (Pelabuhan Bungku) pelayanan 1 x 24 jam.
Pelayanannya juga bagus karena petugasnya ramah dan sabar meski ditemui pada
tengah malam," tambah Haedar.
Informasi yang diperoleh, untuk mempermudah customer, pihak
otoritas Syahbandar Bungku, membuka pelayanan selama 1 x 24 jam. Untuk tugas
tersebut dibagi dalam lima shift malam dan dikoordinir oleh seorang Perwira
Jaga.
Lantaran adanya kemudahan ini, membuat Haedar dan pengguna
jasa lainnya tidak akan tinggal diam. Mereka mengancam akan melakukan aksi demo
ke Pemerintah Kabupaten serta DPRD setempat untuk memperjuangkan aspirasi para
pengguna jasa pelayanan kemaritiman.
"Kami akan turun aksi untuk mempertahankan agar
pelayanan tetap di pelabuhan Bungku Kabupaten Morowali. Bayangkan betapa
ribetnya kami harus ke Morowali Utara," kesal Haedar seraya menarik napas
dalam-dalam membayangkan dampak dari informasi tersebut.
Pengguna jasa lainnya juga ikut berkomentar mempertanyakan
manfaat dan tujuan dasar pemekaran itu sendiri.
"Padahal kami sudah menikmati hasil dari pemekaran ini,
di lain sisi kami sebagai orang awam bingung juga, "apa sih masalahnya
sehingga mau dipindah lagi pengawasannya, kalau demikian malah membuat kami
susah lagi & mundur kebelakang, bagaimana sih cara kita bernegara,"
ujar A. Fajar.
"Bila perlu kami akan ke Jakarta mendatangi Kementerian
Perhubungan dalam hal ini Dirjen Perhubungan Laut untuk menyampaikan aspirasi
kami," tambahnya dengan nada serius.
Keresahan para pengguna jasa sudah mendapatkan respon dari
Pemerintah Kabupaten dan DPRD Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Media akan segera melakukan konfirmasi terhadap pihak-pihak
terkait, sekaitan dengan keresahan para pengguna jasa pelayanan di Pelabuhan
Bungku, Morowali, Sulawesi Tengah.
Sebelumnya pelayanan jasa angkutan laut berpusat di Morowali
Utara. Namun seiring dengan semangat pemekaran, Pelabuhan Bungku sejak 2023
menjadi otonom dan mandiri, status ini tidak lepas dari sinergi antara
Pemerintah Kabupaten Morowali dan Kementerian Perhubungan dengan semangat
pendekatan pelayanan yang efisien serta ekonomis.
Pelabuhan yang terletak di Kelurahan Marsaoleh, Kecamatan
Bungku Tengah ini baru beroperasi kurang lebih satu tahun. Kendati demikian,
para pengguna jasa di wilayah Morowali sudah merasakan asas manfaatnya.
"Siapa pun akan kami lawan bila mengusik kenyamanan
kami saat sekarang ini dalam pengurusan administrasi kemaritiman di Pelabuhan
Bungku Morowali," tegas Haedar diamini A. Fajar.
Posting Komentar